Acerca de
Kepengarangan Moral: publikasi
In the basic empirical study, we interviewed 19 novice teachers which resulted in nineteen narratives about the moral dimensions of novice teachers’ work.
The narratives led to several publications.
The first publications was published in:
​
Gertsen, R. (2016). Shaping Phronesis. No Polish without Friction.
In Bakker, C., Montessori, M.N. (Eds.) (2016).
Complexity in Education. From Horror to Passion.
Part II, chapter 5, pages 97-119.
Rotterdam: Sense Publishers
ISBN 9463007644, 9789463007641
ABSTRAK
Pada Bagian II, Bab 5, saya memaparkan penelitian saya tentang 'Memahami Kepenulisan Moral Guru Pemula di Pendidikan Dasar'. Saya mewawancarai guru pemula dari berbagai sekolah, menanyakan tuntutan, kompleksitas, dan tantangan profesi mereka. Penelitian ini berfokus pada kegiatan yang dilakukan guru pemula untuk mengembangkan proses pembuatan makna moral. Saya memahami induksi guru pemula sebagai proses sosialisasi melalui mana mereka mengembangkan pengetahuan praktis atau phronesis .
Penjelasan tentang lima konsep utama dan asumsi selanjutnya menjadi dasar pekerjaan saya. Konsep-konsep kunci ini menggabungkan gagasan amor complexitatis (Van Ewijk & Kunneman, 2013) sebagai proses yang diperlukan untuk mengembangkan phronesis.
Saya memperingatkan terhadap sikap yang hanya mengandalkan landasan tinggi yang sudah diketahui karena hal ini akan memerlukan sikap horor kompleksitatis (Van Ewijk & Kunneman, 2013) yang menyiratkan penindasan terhadap kompleksitas dan, oleh karena itu, juga kerentanan pribadi para profesional.
Dalam bab 5, saya menganggap guru sebagai pengrajin yang belajar melalui tindakan profesional dan menjalankan profesinya dengan komitmen, semangat, penilaian, dan keberanian (Kegan, 1982).
Berdasarkan penelitian saya, saya telah mengembangkan lebih lanjut konsep Kepengarangan Moral , dengan menganggapnya sebagai kombinasi dari enam tugas spesifik namun terkait: komitmen moral, kesadaran moral, orientasi moral, penentuan posisi moral, kinerja moral, dan evaluasi moral. Hal ini saya ilustrasikan dengan studi kasus tentang dua orang guru pemula yang berteman namun harus bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai guru di satu kelas tertentu. Mereka menghadapi dilema dalam memprioritaskan persahabatan atau ambisi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Studi kasus ini kemudian dianalisis melalui kacamata kerangka teoritis yang disajikan dalam bab ini.
Publikasi kedua sebagai hasil studi empiris dasar , berkaitan dengan penjelasan refleksif tema moral yang muncul dalam wawancara.
Gertsen, R. (2024). Guru pemula secara refleks menjelaskan dialog moral internal mereka terkait dengan pengalaman praktis mereka di sekolah dasar Belanda.
Temukan Pendidikan, 2024, artikel nomor 121
DOI: 10.1007/s44217-024-00202-x
ABSTRAK
Artikel ini membahas kisah pribadi guru pemula Belanda, menjelaskan dialog moral internal mereka tentang pekerjaan sehari-hari di sekolah dasar. Selain pekerjaan didaktis mereka, para siswa pemula harus mengatasi gesekan sosiokultural di sekolah, yang tampaknya terlalu sedikit atau tidak berkembang dalam pendidikan awal guru.
Dengan menggunakan protokol wawancara di Dialogical Self Theory dan titik temu etis, guru pemula ditantang untuk mendiskusikan keterlibatan moral dalam pekerjaan mereka.
Studi ini melaporkan temuan mengenai tema moral yang didiskusikan para siswa ketika ditanya tentang cara mengatasi aspek-aspek yang tidak stabil dan bagaimana guru pemula mengekspresikan refleksivitas mereka dalam menceritakan ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh pengalaman tak terduga selama induksi mereka.
Hasil menunjukkan bahwa siswa dapat menangani fluktuasi yang kontradiktif dalam rutinitas sehari-hari dan masalah pemecahan masalah yang diajarkan pada pendidikan awal mereka dengan bergantian keterlibatan dan jarak praktik. Namun, mereka menunjukkan lebih banyak ketidaknyamanan mengenai interplexitas kerja sama dengan rekan kerja profesional, sehingga memaksa mereka untuk melakukan trade-off antara berbagai perspektif dan kemungkinan yang tidak selalu sesuai dengan gagasan mereka tentang pekerjaan yang baik.
Kesimpulannya adalah bahwa perubahan perspektif induksi dari pemecahan masalah yang terlatih menuju penemuan masalah yang refleksif membuat para pemula merangkul ketidakpastian dan memindahkannya dari rasa takut menjadi bakat untuk pengembangan profesional. Pernyataan konklusif menunjukkan bahwa pendidikan guru harus mendidik siswa lebih sadar tentang hasil yang berbeda dari strategi pemecahan masalah versus strategi pencarian masalah. Pemula harus memperoleh lebih banyak keterampilan berpikir kritis yang memfasilitasi latihan refleksif mereka.
Dalam studi kedua , konsep otoritas moral diuraikan. Dengan narasi sub-studi pertama, dijelaskan bahwa enam tugas otoritas moral yang berbeda relevan untuk dipelajari lebih lanjut.
Penelitian ini telah menghasilkan dua publikasi.
Publikasi pertama dari studi kedua diterbitkan di:
Gertsen, R., Schaap, H. & Bakker, C. (2017). Kepenulisan Moral Guru Pemula di Pendidikan Dasar.
Guru dan Pengajaran: Teori dan Praktek, 23 , 570-582.
DOI: 10.1080/13540602.2016.1218842
ABSTRACT
This article focuses on moral authorship as an element of the professional development of novice teachers in the Netherlands.
Moral authorship refers to the ability of teachers to observe, identify, verbalize and reflect on the moral aspects of their work in a proactive and dialogical manner.
We elaborate on moral authorship by theoretically exploring six interdependent tasks of moral meaning-making: moral commitment, awareness, orientation and positioning, moral performance and evaluation.
Narratives of 19 novice teachers were analyzed to explore moral authorship in teachers’ talks.
The results show the opportunities for moral authorship to support, navigate, and reinforce the professional development of novice teachers.
This study suggests professional self-dialogues for enhancing the development of moral authorship.
In a second publication of the second study, the concept of moral Involvement was elaborated and clarified using the narratives of the first sub-study.
​
Rob Gertsen (2021). The Moral Involvement of Novice Teachers in Primary Education: Exploring Moral Dialogues.
Journal of Constructivist Psychology, 35, Issue 1, 218-234
DOI: 10.1080/10720537.2021.1923093
​
​
ABSTRACT
The modes describe the mixed moral atmosphere as the congruities and incongruities between two perspectives, the “I” and the “Other” of the Dialogical Self.
Moral Involvement frames the reciprocity of influences of the workplace, the others and teachers’ inner argumentation to balance self-interest, mutual interest and personal attachment to principles.
Transcripts of interviews with novices in primary education were analyzed to categorize how novices reflect on their work and how they use different perspectives to explore their Moral Involvement.
The results show that novice teachers mainly discuss their achievements from the I-position and use the Other-positions when elaborating on collaborating, alignments or uncertainty about their work.
The conclusion is drawn that retrospection on moral issues during Teacher Education and workplace learning supports learning to deal with complex moral issues experienced in school practice.
Dalam studi ketiga , kuesioner untuk penilaian diri terhadap otoritas moral dikembangkan dan diuji. Guru pemula dan guru yang lebih berpengalaman diminta untuk mengisi kuesioner dan mendiskusikan Profil Moral Pribadi mereka.
Pada bulan November 2017, hasil penelitian tersebut dilaporkan pada konferensi AME di St. Louis, AS.
Pada tahun 2022 validasi awal kuesioner dipublikasikan di:
Rob Gertsen, Sharon Klaassen, & René Butter (2022). Pengembangan dan Validasi Awal Kuesioner Kepenulisan Moral.
Penelitian Lingkungan Belajar,
DOI: 10.1007/s10984-021-09400-y
ABSTRACT
When novice teachers start working in a school, it is vital that they are aware of the moral aspects of the work environment and can use their moral abilities to make their work not only successful but also good.
We developed the Moral Authorship Questionnaire for self-assessment to map these moral abilities.
Objective: This paper reports the initial test of the structural validity and reliability of the developed self-assessment questionnaire. Setting: Dutch student teachers, novice teachers and more-experienced teachers in primary and secondary education participated in this research.
Method: To test the psychometric qualities of the attitude scales, we used Confirmatory Factor Analysis (CFA) and Pearson correlations.
Results: The initial test resulted in reliable and valid subscales of 69 Likert items in the renewed questionnaire. Next, the Pearson correlation between the subscales was calculated. Finally, the Pearson correlations between the domains were calculated to validate the construct of Moral Authorship.
Conclusion: The test results show that the six tasks of moral authorship can be measured using Likert items. The questionnaire can be used as a tool for self-assessment and reflection on one’s moral abilities in one’s professional learning environment. Further testing to adjust the questionnaire is needed to improve the personal moral authorship profile or the moral selfie.
Publikasi kedua dari studi ketiga, berkaitan dengan penggunaan profil moral Pribadi, yang dihasilkan oleh kuesioner.
Publikasi tersebut melaporkan percakapan antar guru, berdasarkan selfie moral pribadi mereka.
Laporan ini diterbitkan di:
Jurnal diserahkan
ABSTRACT
Teachers should be aware of the moral aspects of their work. They should be able to use their moral abilities to make their work successful and good. These abilities are even more critical when you start your career in education. Teacher education should scaffold critical thinking about teachers’ beliefs and care for development and retention matching professional ethics. This article presents the visual tool we developed during our research about Moral Authorship. The tool can facilitate teachers’ reflectivity, reflexivity and retrospective discussions about their Moral Authorship. We consider Moral Authorship essential for Teacher development. We offer a brief overview of the concept of Moral Authorship and explore the six markers and the tenets of its representation. Subsequently, we use a qualitative-interpretative research method and describe a case study concerning a retrospective discussion of three teachers who discussed their personal ‘moral selfie’. Finally, we address how this tool can be a scaffold for practising moral authorship.